Sebelum mengamati dan menceritakan bagaimana unsur-unsur rumah adat Banyuwangi, alangkah baiknya kita melihat beberapa budaya kota banyuwangi yang unsur-unsur dari budaya tersebut mempengaruhi bentukan gaya arsitektur rumah adat Banyuwangi itu sendiri.
Pengalaman pertama yaitu dari budaya tahunan tepatnya dibulan suro (muharram), saya sebagai masyarakat dan putra asli suku Using Banyuwangi merasakan betapa kentalnya unsur kesakralan budaya Banyuwangi sampai saat ini karena budaya - budaya tersebut masih sangat dilestarikan.
contohnya :
1. Selametan Tumpengan di sepanjang jalan.
Disini semua masyarakat turun ke jalan untuk melakukan selametan (do'a bersama) dengan beberapa nasi tumpeng.
2. Upacara adat kebo-keboan
Upacara ini menggambarkan rasa syukur manusia kepada Tuhan atas limpahan rejeki pada hasil pertanian masyarakat banyuwangi, yaitu dengan 2 orang menjadi kerbau dan membajak sawah.
3. Upacara Petik Laut
Upacara ini juga sama seperti halnya upacara kebo-keboan yang mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, tapi untuk upacara petik laut syukur atas limpahan hasil laut,yang diantara 2 kapal tepat ditengahnya membawa perahu kecil yang isinya hasil laut itu sendiri.
Dari ketiga unsur budaya tersebut dapat saya ambil segi arsitektural pada rumah adat Banyuwangi, bahwa unsur kebersamaan sangatlah penting.
1.Pada Upacara Tumpengan melambangkan atap dari rumah adat banyuwangi, bahwa setiap manusia akan kembali kepada-NYA,yang dilambangkan meruncingnya atap ke atas.
2. Sebuah kekuatan kebersamaan melambangkan struktur yang kuat pada 2 tiang utama pada sisi kanan dan kiri,yang disimbolkan oleh budaya kebo-keboan dan petik laut. Karena upacaraadat kebo-keboan dan petik laut tidak bisa dilakukan hanya 1 orang menjadi kerbau ataupun 1 kapal.
Maka terbentuklah sebuah rumah tinggal adat Banyuwangi yang dinamakan Tikel Balo atas kedua unsur tersebut.